Skip to main content

AUDIENSI DENGAN PAUS FRANSISKUS

AUDIENSI DENGAN PAUS FRANSISKUS
TAHUN HIDUP BAKTI MMXIV-MMXVI ** Pertemuan Biarawan/Biarawati Muda Sedunia, 15-19 September 2015, Vatikan - Roma - Kamis, 17/9/2015

Audiensi dengan Bapak Paus Fransiskus dan Tema “Fraternitas” dalam Hidup Bakti.

Sudah sejak awal aula Paolo VI dipenuhi para peserta pertemuan kali ini, khususnya bagian tengah aula yang memang ditata dengan pembatas yang menunjukkan jalan utama menuju podium. Para peserta yang telah diinformasikan sebelumnya akan adanya perubahan jadwal bahwa setelah doa pagi diadakan audiensi beranggapan bahwa Bapak Paus akan berjalan ditengah tengah aula dari pintu utama aula dikarenakan para peserta tidak boleh memasuki pintu utama aula tetapi melalui pintu samping Aula Paolo VI. Ternyata anggapan peserta bertolak belakang dengan kenyataan, Bapa Paus muncul dari salah satau pintu podium dan tidak masuk lewat pintu utama.

Kegiatan dilanjutkan dengan laporan dari Kardinal Prefektura mengenai peserta pertemuan kali ini: peserta kurang lebih berjumlah lima ribu orang dan datang dari 154 negara di seluruh dunia, dan kira kira lebih dari limaratusan kongregasi atau ordo atau model hidup bakti.

Sebelum memulai sesi tanya jawab, bapak Paus mengajak semua peserta untuk bersama-sama berdoa bagi para martir dari Irak dan Suriah pada masa kini, mereka yang memberikan kesaksian hidup iman akan Yesus Kristus. Paus juga mengingatkan bahwa kemartiran bisa dihayati dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya lewat pengorbanan darah.

Kemartiran bisa dihayati melalui pelayanan-pelayanan dan kesaksian-kesaksian kita, khususnya dalam konteks hidup bakti.

Ada tiga pertanyaan yang diajukan kepada Paus Fransisku. Pertama adalah pertanyaan dari seorang biarawan dari Suriah yang menanyakan apa yang terjadi pada 21 september 1953, yang membuat Bergoglio memutuskan menjadi religius dan Imam. Pertanyan kedua diajukan oleh seorang suster dari India tentang bagaimana menjalankan misi bagi kaum religius muda pada saat ini dan yang terakhir adalah pertanyaan seorang suster dari Spanyol tentang bagaimana menghindari agar tidak jatuh gaya hidup nyaman dalam hidup bakti.

Paus, dalam menanggapi pertanyaan tentang hidup nyaman dalam komunitas, menegaskan bahwa salah satu problem yang timbul dalam konteks hidup bakti adalah kekakuan dan terlalu menekankan aspek struktural. Hal tersebut, imbuh Paus, menyebabkan pudarnya kebebasan, yaitu kebebasan yang berasal dari Roh.

Jika kebebasan itu hilang maka tertutup kemungkinan untuk memiliki impian yang besar, membuka horison baru dalam pelayanan dan kreatifitas dalam memberikan kesaksian akan Yesus. “Dalam kekakuan kita tidak dapat bermimpi. Kekakuan itu bertolak belakang dengan kemampuan untuk merajut mimpi”, kata Paus.

Para kudus itu tidak pernah berhenti untuk bermimpi walaupun mereka terhalang ruang dan waktu: St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, misalnya, meski tidak pernah keluar untuk menjalankan misi, karya pewartaan Injil, tetapi akhirnya Gereja mengangkat dia sebagai pelindung misi, apa sebabnya? 

Theresia berani merajut mimpi, membangun impiannya dan merealisasikannya dalam hidup sehari-hari di dalam biara.

Paus juga menyampaikan pandangan tentang hidup bakti feminile adalah merupakan lambang keibuan Gereja, Keibuan Maria yang mengayomi anak-anaknya. Para biarawati adalah pengantin Kristus yang menimba kekuatan sehari-harinya dari sang memperlainya Yesus Kristus. Karena itu diperlukan hati yang menyala-nyala untuk dapat menjadi pewarta Injil, kaum biarawan/wati muda dituntut untuk selalu mengingat (memoria) akan pertemuan awal dengan Yesus yang adalah pengalaman nyata dan sumber untuk dapat setia dalam mengikuti panggilan Kristus tersebut. Hidup bakti harus menjadi saksi nyata bahwa Yesus itu hidup dalam tubuh dan daging mereka sendiri, menghadirkan Kristus saat ini dalam persona para biarawan/wati.

Dituntut suatu keintiman, kenabian dan memori dalam menapaki pangilan hidup bakti yang kita jalani. Relasi yang intim akan Kristus, menjadi saksi kenabian dengan berani melawan arus dan mengingat selalu dalam suka dan duka panggilan pertemuan awal yang menjadi batu loncatan untuk mengikuti Yesus secara penuh dan total. Paus mengharapkan agar para biarawan/wati menjadi mereka yang mampu mendalami misteri Kristus: Uomo e donne dell’adorazione.

Fraternitas dalam hidup membiara – Nel cuore della fraternità.

Hari ini dalam seminar yang dibawakan oleh P. Paul Bere, SJ (berasal dari R.D. Congo) dan Sr. Junkal Guevara, RJM (berasal dari Spanyol) membahas tentang fraternitas dalam hidup membiara. P. Paul, yang adalah doktor Kitab Suci, memaparkan ide-ide tentang fraternitas-persaudaraan dalam KS, baik dari PL maupun PB. Menarik bahwa relasi persaudaraan yang terdapat dalam KS diwarnai dengan pertikaian, pertumpahan darah dan iri dengki: Habel-Kain, Yusuf dan saudara-saudaranya, Daud dan Jonatan, dll. Fraternitas dalam PL selalu diwarnai dengan hubungan darah atau keluarga.

Namun dalam PB ide persaudaraan seperti itu di ubah, karena yang menjadi pusat adalah Sabda Allah. Mereka yang mendengarkan sabda Allah adalah saudara-saudariKU, kata Yesus. PB membuka ide baru mengenai arti persaudaraan kristiani, yakni persaudaraan yang disatukan sebagai satu keluarga di dalam nama Yesus Kristus. Jadi, dapat diringkas bahwa persaudaraan kita dalam hidup membiara tidak lagi ditentukan oleh hubungan darah atau keluarga atau suku dan bangsa, tetapi didasarkan akan Allah sendiri dan sabdaNya: Yesus Kristus. 

Tetapi bukan berarti mengubah diri kita melainkan menjadi diri kita sendiri sebagaimana Allah telah menciptakannya. Yang menjadi tali pengikat diantara kita dalam komunitas atau keluarga religius adalah Yesus sendiri.

Suster Junkal mencoba membuka ide tentang Betania sebagai simbol Gereja di mana Iman dan Kesaksian hidup kristiani ditunjukkan secara terbuka. Tentu saja Betania pertama-tama adalah tempat di mana sangat terkait dengan hidup dan kematian Yesus. Betania adalah tempat di mana kekuatan alam maut berperang melawan alam kehidupan. Betania adalah tempat di mana persaudaraan berdasarkan hubungan darah dan kekeluargaan di pupuk sejak awal oleh Yesus sendiri. Betania memberikan ciri khas suatu persaudaraan yang awam bagi setiap orang.

Tetapi Betania juga adalah simbol dari persaudaraan yang tidak hanya didasarkan hubungan darah atau yang biasa bagi orang kristiani.

Betania adalah tempat dimana Iman akan Yesus berkembang, persaudaraan yang ditawarkan secara gratis bagi setiap orang, persaudaraan yang terbuka dan persaudaraan yang menuntut suatu kesiapan diri untuk menjadi saksi persaudaraan tersebut. Betania menjadi simbol persaudaraan di mana cara hidup yang lama di baharui dengan cara hidup yang baru, baptis. Persaudaraan yang gratis kita terima dari Yesus yang tidak memilih individu untuk menjadi saudara-saudarinya.

Karena itu persaudaraan yang kita terima gratis dari Yesus adalah model dalm berelasi dalam hidup berkomunitas.

  • Fr. R. Kardi, SX dan Fr. H. Parluhutan S., SX.

Visto 1379 volte
Pubblicato
18 Agosto 2017
Blog
Condividi
Logo saveriani
Sito in costruzione

Portale Unico dei Saveriani in Italia

Stiamo finalizando la nuova versione del portale

Saremmo online questa estate!

Ti aspettiamo...

Versione precedente del sito